Akibat adopsi teknologi kecerdasan buatan, 10 persen karyawan kantor berita CNET diberhentikan.

Dunia-Ilmu.com, NEW YORK – Kantor berita teknologi AS CNET melaporkan bahwa 10 persen tenaga kerjanya diberhentikan minggu ini.

Informasi ini diketahui publik setelah Red Ventures yang memperoleh publikasi CNET mengirimkan surat pemberitahuan kepada beberapa karyawan melalui email internal.

“Untuk mempersiapkan masa depan yang kuat, kami perlu menyederhanakan operasi dan kumpulan teknologi kami. Dengan begitu kami dapat menginvestasikan waktu dan energi,” tulis Carlos Angrisano, presiden Layanan Keuangan dan Presiden Grup CNET.

Baca juga: Penyedia layanan akomodasi Airbnb memberhentikan 30 persen karyawan dalam perekrutan.

Menurut sumber yang tidak disebutkan namanya, PHK terjadi setelah CNET diam-diam menyewa teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan konten artikel.

Munculnya isu ini juga didorong oleh perubahan posisi, pada Januari lalu CNET diam-diam menunjuk Adam Auriman sebagai senior vice president of AI content strategy.

Tidak jelas persis apa yang digunakan sistem AI CNA, tetapi CNET telah menerbitkan lebih dari 77 artikel sejak November tahun lalu menggunakan teknologi AI yang berfokus pada area yang menghasilkan lalu lintas terbanyak dari pencarian Google.

Khawatir masalah ini dapat berdampak negatif pada perusahaan, juru bicara CNET mengklarifikasi awal pekan lalu bahwa pemotongan baru-baru ini bukanlah hasil dari penggunaan teknologi AI.

Namun untuk meningkatkan efisiensi perusahaan di pasar AS, dengan cara ini CNET dapat menekan inflasi di pasar internasional.

Mengingat, sejak tahun lalu, CNET belum mampu mencatatkan keuntungan signifikan akibat ambruknya pasar global. Faktor ini mendorong CNET untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, juru bicara CNET menyatakan bahwa perusahaan sudah mulai berhenti menggunakan AI untuk membuat artikel, karena kompleksitas teknologi AI masih menyebabkan banyak kesalahan dalam teks, sehingga perusahaan harus memperbaiki artikel tersebut.

“Menggunakan teknologi AI membantu kami, tetapi kami harus bekerja dua kali karena teknologi tidak dapat mengidentifikasi sejumlah kecil cerita tambahan yang perlu diperbaiki,” kata Guglielmo.