Dunia-Ilmu.com, JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR dari Partai Golkar Anja Puteri Komaruddin menilai KTT G20 akan memperkuat citra kepemimpinan Indonesia di mata dunia.
Menurut Puteri, sebagai pemegang kursi kepresidenan, Indonesia berpeluang untuk mengontrol arah kepemimpinan global dan berkontribusi.
“Dalam KTT G20 ini, para pemimpin pemerintahan dan pemerintahan dari 20 negara atau ekonomi terbesar di dunia ikut berpartisipasi, artinya negara-negara tersebut saat ini merupakan negara paling berpengaruh di dunia,” kata Puteri dalam diskusi bertajuk Dampak G20 Bagi Indonesia. Sabtu (12/11/2022).
Di antara isu-isu utama yang ditekankan adalah pemulihan kesehatan, pemulihan ekonomi dan transisi energi setelah pandemi Covid-19.
Pembahasan isu internasional ini tidak hanya menjadi tanggung jawab negara-negara G20, tetapi juga negara-negara non-G20.
Menurut Puteri, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari rangkaian kegiatan G20, termasuk berbagai side event yang sudah sukses digelar.
“G20 berkunjung ke Indonesia untuk mengikuti berbagai agenda dari agenda Finance Track serta working group dan engagement group di antara 200 pertemuan yang ada,” kata Puteri.
“Jadi memang mobilitas dan kegiatan ekonomi semakin meningkat,” ujarnya.
Mulai 1 Desember 2021, diketahui Indonesia akan menjadi pemilik kursi kepresidenan.
Sebanyak 17 kepala negara dan tokoh penting dunia dijadwalkan mengikuti KTT G20 yang akan digelar di Bali pada 15-16 November 2022.
Ketegangan geopolitik
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teku Fayzasiah berharap KTT G20 akan membawa hasil yang baik dalam konflik geopolitik antara negara Barat dan Rusia.
“Jadi kami ingin ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat secara umum tidak membuat hasil akhir G20 menjadi lebih baik,” kata Faiza.
Menurutnya, KTT G20 akan diakhiri dengan memperhatikan aksi dan upaya bersama negara-negara untuk menyelesaikan isu-isu internasional.
Sumber artikel =https://www.tribunnews.com/nasional/2022/11/13/ktt-g20-diharapkan-capai-hasil-terbaik-di-tengah-ketegangan-geopolitik-antara-negara-barat-rusia