Mengurangi bea masuk akan mencegah inflasi

Reporter Tribunnews.com Reynas Abdila

Dunia-Ilmu.com, JAKARTA – Menurut CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani, inflasi tidak bisa dihindari, terutama dalam situasi ekonomi global saat ini.

Menurutnya, mengantisipasi inflasi dan resesi global tidak hanya bergantung pada peran pemerintah, tetapi juga dukungan masyarakat untuk menekan inflasi di negeri ini.

“Yang paling mudah adalah menghilangkan sikap konsumsi berlebihan terhadap produk impor dan mulai beralih ke produk produksi lokal,” kata Yohana di Jakarta, Rabu (28/9/2022).

Baca juga: Dengan inflasi yang tinggi, para ekonom memperkirakan suku bunga acuan bisa mencapai 5 persen pada akhir tahun.

Johanna menegaskan, khususnya bagi generasi milenial, penting untuk mengendalikan pengeluaran pokok rutin bulanan yang tinggi.

Milenial Indonesia harus berjuang mengatasi inflasi gaya hidup.

“Selain itu, persiapan dan edukasi kesehatan keuangan bagi generasi milenial sebagai penerus bangsa di masa depan, pengelolaan keuangan pribadi yang cerdas untuk membantu menekan inflasi sangat penting,” ujarnya.

Bank Dunia (World Bank) secara bersamaan menaikkan suku bunga di seluruh dunia untuk menghadapi inflasi, resesi global dan krisis keuangan di berbagai belahan dunia seperti Amerika Serikat (AS), China, Uni Eropa, hingga Jepang.

Risiko global pertama yang berpotensi mendorong perekonomian ke dalam resesi adalah hiperinflasi.

Harga produk energi dan makanan telah meningkat dan terlihat tetap pada tingkat yang tinggi.

Hal ini tidak lepas dari dampak perang Ukraina-Rusia yang sedang berlangsung.

Hal ini mendorong Bank Sentral Eropa untuk menaikkan suku bunga setengah poin pada bulan Juli.

Kemudian, menurut data yang dirilis oleh Badan Statistik Uni Eropa, tingkat inflasi tahunan di 19 negara zona euro naik menjadi 8,9% pada Juli dibandingkan dengan 8,6% pada Juni.

Sementara itu, Amerika Serikat menghadapi tingkat inflasi 9,1 persen, yang tercatat sebagai tingkat inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir.